Jumat, 28 Februari 2014

Unsur Intrinsik Drama

Unsur Intrinsik Naskah Drama
Pamela Felita, Ryu Wirjadi, dan Vieri Suherman
Pendahuluan
            Setiap naskah drama harus mengandung beberapa unsur-unsur tertentu agar dapat dikatakan baik. Unsur-unsur tersebut adalah Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik. Pada naskah drama, naskah tersebut akan dikatakan lengkap apabila memiliki semua unsur tersebut secara terpadu. Pada paper ini, kami akan membahas tentang Unsur-unsur Intrinsik pada sebuah naskah drama. Diharapkan paper ini dapat membantu dan menjadi pedoman dalam penulisan naskah drama yang baik.
Pembahasan
Ada 7 Unsur Intrinsik dalam sebuah naskah drama, diantaranya :
1)      Tema
Tema adalah gagasan pokok yang menjadi latar belakang penulisan drama.
2)      Tokoh dan Penokohan
a.       Tokoh
Tokoh adalah peran yang terkandung dalam drama.
b.      Penokohan
Penokohan adalah watak yang dimiliki tokoh dalam drama.
3)      Bahasa
Bahasa adalah gaya bahasa yang digunakan penulis pada penulisan naskah drama. Setiap penulis memiliki gayanya sendiri dalam menulis naskah.
4)      Alur
Alur cerita adalah tipe jalan cerita yang terdapat dalam drama. Ada 3 macam alur, yaitu :
a.       Alur maju
b.      Alur mundur
c.       Alur campuran
5)      Dialog
Dialog adalah percakapan dalam drama. Dialog merupakan perkataan tokoh, bisa perbincangan tokoh sendiri, dua tokoh, atau lebih.
6)      Latar atau Setting
Latar atau Setting adalah kondisi pada saat drama berlangsung. Ada 3 macam latar, yaitu:
a.       Latar waktu
b.      Latar tempat
c.       Latar suasana
7)      Amanat
Amanat adalah pesan moral yang disampaikan penulis melalui naskah yang dikarangnya. Amanat biasa ada pada bagian akhir cerita.
Penutup
    Demikianlah pembahasan kami mengenai unsur-unsur intrinsik dalam sebuah naskah drama. Semoga dapat bermanfaat terutama bagi para pembaca yang masih kesulitan dalam memahami materi ini. Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Tentunya kami masih memiliki banyak kekurangan dan  kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan dan referensi yang ada di dalam tulisan ini. Terima kasih.

Daftar Pustaka

Batuah, Malin.2012.Unsur-unsur Intrinsik Teks Drama                      http://bahasaindonesiayh.blogspot.com/2012/05/unsur-unsur-intrinsik-teks-drama.html

Kamis, 27 Februari 2014

Unsur Intrinsik Cerpen

Pendahuluan
            Sebelum membahas unsur intrinsik cerpen maka mari kita mengetahui dulu apa itu cerpen. Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.  Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.
            Unsur Intrinsik Cerpen sendiri ada 7 yaitu tema, amanat, alur, setting, tokoh dan penokohan / perwatakan, gaya bahasa dan sudut pandang.  Untuk menjelaskan 7 unsur intrinsik cerpen tersebut maka kami akan memberi potongan-potongan cerpen untuk membantu penjelasan kami mengenai unsur-unsur tersebut.  Cerpen yang kami pilih sebagai contoh adalah cerpen berjudul Akhirnya Aku Bisa Merasakan.

Pembahasan
1.      Tema
            “Mama yang telah melahirkanku pun lebih mencintai adib, ayah yang selalu memberi nafkah pada keluarga kami pun memberi oleh-oleh yang lebih istimewa kepada adib. Ini merupakan deskriminasi yang berlebihan menurutku. Ya sudahlah, biar tak kepanjangan pikirku, aku positif saja dengan kehidupanku.
            Tema dari cerpen Aku Bisa Merasakan adalah diskriminasi pada saudara kembar.  Hal ini dibuktikan / bisa             dilihat dari kutipan cerpen diatas.  Tema sendiri bisa diartikan sebagai pokok pembicaraan yang mendasari dan menjiwai sebuah cerita.  Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun            bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas        dan abstrak.


2.      Alur / Plot

Cerpen ini menggunakan alur maju.  Hal ini dibuktikan dengan adanya urutan pengantar, pemaparan masalah, klimaks, antiklimaks dan terakhir penyelesaian. Alur sendiri adalah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu dan dibagi menjadi 4 macam yaitu alur maju, alur mundur, alur sorot balik (Flashback) dan alur campuran (maju mundur).


3.      Latar / Setting

Dalam cerpen biasanya terdapat latar dan setting.  Latar adalah tempat terjadinya suatu peristiwa sedangkan setting adalah waktu dan suasana sebuah peristiwa dalam cerita yang sedang berlangsung.  Latar dalam cerita dibagi menjadi 3 yaitu latar tempat, latar waktu, latar sosial.
a.       Latar Tempat

                              “Setiba di rumah, ternyata telah ada guru perwakilan dari sekolah yang melaporkan                           kejadian tersebut pada orang tua kami. Belum sempat mencium tangan kedua orang tuaku,                             mereka berdua langsung menuju ke rumah sakit tersebut. Sedangkan aku menjaga rumah                    demi keselamatan bersama.”
      Setelah mengerjakan urusan rumah, aku pun langsung mengunci seluruh isi rumah dan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk serta menjaga adib. Tapi seketika aku sampai di rumah sakit tepatnya di depan pintu kamar adib dirawat, aku mendengar diskusi antara dokter dengan kedua orang tuaku

Berdasarkan kutipan cerpen diatas, latar tempat pada cerpen ini adalah di dalam rumah, halaman depan rumah dan di rumah sakit. 

b.      Latar Waktu

                        “Tepat pukul 10.00 operasi dimulai, aku siap menghadapi alat-alat tajam yang akan                             mengambil mataku.”
                        “Akan tetapi, seketika aku menyapu halaman rumah malah gunjingan dari tetangga yang ku                dapat. Mereka bilang “sudah adik sendiri terkena musibah, malah tidak kasihan dan tidak                                dijaga”. Aku lagi-lagi hanya bisa mengelus dada mendengar celotehan para tetangga.”

                   Latar waktu berdasarkan kutipan cerpen diatas adalah pagi hari, siang hari, dan sore hari.

c.       Latar Sosial

“Tetangga yang biasanya tentram dengan urusan mereka, kali ini merasa terundang untuk selalu membicarakan dan membandingkan aku dengan Adib.  Setiap aku lewat, pastilah lirikan yang tidak menyenangkan didapati olehku.  Akan tetapi seketika Adib lewat, sapaan demi sapaan selalu tercurahkan.  Aku hanya bisa mengelus dada saja melihat fenomena ini.”

Latar sosial menggambarkan tentang kebiasaan dan keadaan masyarakat para tokoh dalam cerita.  Dan dalam cerpen ini latar sosial bisa digambarkan melalui potongan cerpen diatas.


4.      Tokoh dan Penokohan

Berikut adalah para tokoh pada cerpen beserta dengan watak mereka.

a.       Tokoh Adit
                  Tokoh Adit dalam cerpen memiliki watak yang baik, pengertian dan sabar. Hal tersebut sesuai                  dengan kutipan berikut ini:

                        “Mama yang telah melahirkanku pun lebih mencintai adib, ayah yang selalu memberi nafkah                    pada keluarga kami pun memberi oleh-oleh yang lebih istimewa kepada adib. Ini merupakan                    deskriminasi yang berlebihan menurutku. Ya sudahlah, biar tak kepanjangan pikirku, aku              positif saja dengan kehidupanku.’

b.      Tokoh Adib
                   Tokoh Adib atau sadara kembar si aku ini adalah memiliki watak yang baik, pintar  dan selalu                   memberi semangat pada kakaknya (Adit). Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut.
                 
                        “Segalanya serba Adib, aku sendiri serasa tidak ada keunggulan sedikitpun selain                          menyusahkan orang di sekitarku. Adib selalu berucap demi memberikan semangat bagi                             kehidupanku, “Kak, lakukanlah semua itu dengan tanpa memandang orang lain bicara apa,                     asalkan yang kau lakukan benar”. Tidak ada sifat kesombongan dan kecongkaan yang                              tertanam dalam jiwa adib, adikku.”

c.        Tokoh Ibu
                   Tokoh ibu dalam cerpen diatas memiliki watak yang jahat dan mempunyai sifat diskriminasi         terhadap anak kandungnnya sendiri. Sang ibu sangat senang ketika adit memberikan matanya  
                    kepada adiknya, Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.

                        “Hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Ibu sangat senang dengan datangnya hari ini,                            sedangkan aku sempat melihat di belakang sana ada ayahku yang dari sorotan matanya                            ingin mengucapkan sesuatu padaku. Namun apa boleh buat, kini waktuku untuk memberikan                    barang berhargaku untuk adikku.”

                        “Segalanya serba adib, aku sendiri serasa tidak ada keunggulan sedikitpun selain                          menyusahkan orang di sekitarku. Adib selalu berucap demi memberikan semangat bagi                             kehidupanku, “Kak, lakukanlah semua itu dengan tanpa memandang orang lain bicara apa,                     asalkan yang kau lakukan benar”. Tidak ada sifat kesombongan dan kecongkaan yang                              tertanam dalam jiwa adib, adikku.
         
d.      Tokoh Ayah
                   Tokoh ayah pada cerpen diatas memiliki watak yang jahat pula, tapi suatu saat juga terkadang                  baik. Hal ini terbukti dengan adanya kutipan berikut.

                        “Mama yang telah melahirkanku pun lebih mencintai adib, ayah yang selalu memberi nafkah                    pada keluarga kami pun memberi oleh-oleh yang lebih istimewa kepada adib. Ini merupakan                    deskriminasi yang berlebihan menurutku. Ya sudahlah, biar tak kepanjangan pikirku, aku              positif saja dengan kehidupanku.”
                        “Kini mimpi-mimpiku terasa telah terhapus, aku tak bisa melakukan aktivitas seperti                                  biasanya. Yang aku bisa kerjakan aku kerjakan, namun yang tak bisa ya aku tinggalkan.                            Dengan kecacatan yang aku derita ini, aku memutuskan untuk tinggal di kejauhan sana agar                     tidak membuat malu keluarga. Ayahku tidak setuju dengan pikiranku, namun yang membuat                     aku tambah mengelus dada adalah kerelaan ibu yang begitu memancarkan                                           ketidaksayangannya dalam menyetujui keputusanku.”
           
                      Tokoh sendiri ada 3 jenisnya, yaitu tokoh Tokoh Prontagonis (tokoh utama pada cerita / tokoh                  yang baik), Tokoh Antagonis (tokoh penentang atau lawan dari tokoh utama) dan Tokoh                         Tritagonis (tokoh penengah dari tokoh utama dan tokoh lawan)


5.      Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan oleh penulis cerpen diatas adalah gaya bahasa sehari-hari yang mudah dipahami, sehingga pembaca cerpen ini dapat meresapi, menghayati, dan memahami cerita dengan mudah.


6.      Sudut Pandang

Dalam cerpen Akhirnya Aku Bisa Merasakan pengarang menggunakan sudut pandang akuan sertaan. Pengarang mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri pula. Dalam cerita kadang kala pengarang menjadi pencerita. Dalam cerpen pengarang menggunakan kata ganti aku.  Sudut pandang sendiri ada 4 yaitu sudut pandang akuan sertaan (pencerita menggunakan kata ganti orang pertama dan dia seakan-akan bermain sebagai pelaku dalam cerita tersebut), akuan tak sertaan (yaitu pencerita berlaku dalam cerita itu, tetapi yang disampaikan hanyalah pengamatannya saja), diaan serba tau (yaitu pencerita seolah-olah berdiri diatas segala-galanya dan dari tempat yang tinggi ia dapat mengamati segala sesuatu yang terjadi, bahkan dapat menembus pikiran dan memberikan penilaian subjektif terhadap apa yang terjadi dikisahkan), dan diaan terbatas (pencerita tetap berada di luar cerita, tetapi dia sekedar memaparkan apa yang dilihat dan didengar tentang apa yang terjadi dan dialog antar tokoh)

7.      Pesan / Amanat

Amanat dari cerpen diatas yaitu :
                                    a. Sebagai orang tua seharusnya tidak boleh memperlakukan seorang anak dengan cara tidak adil
                  b.Sebagai orang tua harus menerima kelebihan dan kekurangan dari sosok seorang anak yang                      dilahirkan dari rahim seorang ibu kandung
                  c. Sesama saudara harus saling memberi semangat dan saling tolong menolong
                  d. Sesama anggota keluarga harus saling manghormati dan tolong menolong serta bekerja sama     dalam mengadpi suatu permaslahan.


Berikut adalah keseluruhan cerpen :

AKHIRNYA AKU BISA MERASAKAN

         Adit, itulah nama panggilanku. Aku memiliki saudara kembar yaitu adib. Dia sangat cerdas dan tanggap dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan aku, aku adalah kebalikan dari adib. Sering kali aku dibanding-bandingkan dengan kelebihan adib.
             Segalanya serba adib, aku sendiri serasa tidak ada keunggulan sedikitpun selain menyusahkan orang di sekitarku. Adib selalu berucap demi memberikan semangat bagi kehidupanku, “Kak, lakukanlah semua itu dengan tanpa memandang orang lain bicara apa, asalkan yang kau lakukan benar”. Tidak ada sifat kesombongan dan kecongkaan yang tertanam dalam jiwa adib, adikku.
        Mama yang telah melahirkanku pun lebih mencintai adib, ayah yang selalu memberi nafkah pada keluarga kami pun memberi oleh-oleh yang lebih istimewa kepada adib. Ini merupakan deskriminasi yang berlebihan menurutku. Ya sudahlah, biar tak kepanjangan pikirku, aku positif saja dengan kehidupanku.
Tetangga yang biasanya tenteram dengan urusan mereka, kala ini merasa terundang untuk selalu membicarakan dan membandingkan aku dengan adib. Setiap aku lewat, pastilah lirikan yang tidak menyenagkan didapati olehku. Akan tetapi seketika adib lewat, sapaan demi sapaan selalu tercurahkan. Aku hanya bisa mengelus dada saja melihat fenomena ini.
            Suatu ketika, kejadian yang tidak diinginkan ditimpa oleh adib. Cairan bahan kimia mengenai kedua matanya ketika praktik di sekolah. Akhirnya adib dilarikan ke rumah sakit terdekat, guru-guru yang bersangkutan serta aku pun ikut ke rumah sakit tersebut.
           Setiba di rumah, ternyata telah ada guru perwakilan dari sekolah yang melaporkan kejadian tersebut pada orang tua kami. Belum sempat mencium tangan kedua orang tuaku, mereka berdua langsung menuju ke rumah sakit tersebut. Sedangkan aku menjaga rumah demi keselamatan bersama.
        Akan tetapi, seketika aku menyapu halamna rumah malah gunjingan dari tetangga yang ku dapat. Mereka bilang “sudah adik sendiri terkena musibah, malah tidak kasihan dan tidak dijaga”. Aku lagi-lagi hanya bisa mengelus dada mendengar celotehan para tetangga.
Aku sangat sayang pada orang tua dan adikku. Tugasku untuk menjaga adik telah aku selesaikan walau hanya sebentar, sedangkan tugas rumah yang selalu dibebankan padaku belum aku laksanakan, oleh karenanya aku pulang demi melaksanakan kewajibanku.
          Setelah mengerjakan urusan rumah, aku pun langsung mengunci seluruh isi rumah dan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk serta menjaga adib. Tapi seketika aku sampai di rumah sakit tepatnya di depan pintu kamar adib dirawat, aku mendengar diskusi antara dokter dengan kedua orang tuaku.
Aku tak mengira hal ini akan terjadi, keputusan yang membuat aku berat hati ini menjadikan aku lebih tegang dan bahkan mengharukan dalam hidupku. Dokter memutuskan bahwa mata adib tidak bisa diselamatkan kembali, tapi dapat diganti dengan bola mata lain baru dia bisa pulih seperti sedia kala, itu pun jika operasi berhasil.
           Orang tuaku siap mengganti berapa pun biaya demi keselamatan adib, bahkan dengan mengganti bola mata yang baru. Aku mengira bahwa orang tuaku akan menulis iklan dalam media masa bahwa mereka butuh donor mata dengan nilai rupiah yang cukup tinggi. Ternyata hal itu hanya mimpi belaka, keputusan orang tua yang dicurahkan terhadap dokter adalah mengambil bola mataku untuk adib, sang juara keluarga.
Mengapa nasibku sungguh malang. Aku mempunyai mimpi yang besar, akan tetapi hal ini apakah tidak menghalangi mimpiku? Mata adalah salah satu organ yang sangat penting adanya dan kegunaannya. Aku hanya bisa menangis sejenak melihat hal yang tak terduga ini. Lagi-lagi aku hanya bisa bergumam dan meronta dalam hati serta mengelus dada.
        Tanpa basa-basi, aku kembali ke rumah dan merenung di kamar. Tuhan sangat sayang padaku, dan aku pun yakin atas hal tersebut. Aku berpikir, jika aku tak punya mata lagi apakah aku bisa menangis? Biarlah, aku habiskan air mataku untuk adib, kebanggaan semua orang. Mungkin dengan cara ini aku bisa mendapat pujian dari semua orang yang kagum atas adib.
        Keesokan harinya pun operasi akan dilaksanakan, tanpa basa-basi malam sebelum operasi dilakukan aku telah siap dan berbicara pada orang tuaku sebelum mereka bicara padaku. Aku bisa merasakan ada air mata dari ayahku, tapi aku tidak bisa merasakan air mata yang ada dalam mata mamaku, padahal yang akan aku sumbangkan untuk adib adalah salah satu organ tubuh yang sangat ku sayangi.
       Hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Ibu sangat senang dengan datangnya hari ini, sedangkan aku sempat melihat di belakang sana ada ayahku yang dari sorotan matanya ingin mengucapkan sesuatu padaku. Namun apa boleh buat, kini waktuku untuk memberikan barang berhargaku untuk adikku.
Tinggal beberapa menit lagi operasi akan dimulai, aku memanfaatkannya dengan memanggil ayah dan ibuku. Aku hanya ingin memandang mereka dengan peka, karena mungkin ini akhir aku melihat mereka yang telah berjasa dalam hidupku.
       Aku sadar, aku tak berarti apa-apa dalam keluarga ini. Tetapi setidaknya aku telah berbuat baik kepada kedua orang tua dan selalu berpikiran positif dalam perjalanan hidupku serta meyakini ada rahasia tuhan yang tersembunyi di balik peristiwa ini semua.
         Tepat pukul 10.00 operasi dimulai, aku siap menghadapi alat-alat tajam yang akan mengambil mataku. Aku tak sadarkan diri pada waktu itu, akan tetapi kala ini aku sadar namun terasa ada yang hilang. Ya, kemewahan dan keindahan alam telah hilang menurutku. Semua di dunia ini telah musnah pikirku. Tetapi aku salah, yang telah hilang dari keindahan bukanlah dunia dan seisinya, melainkan kedua mataku telah hinggap pada tempat bola mata adib berada dulu.
        Kini mimpi-mimpiku terasa telah terhapus, aku tak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Yang aku bisa kerjakan aku kerjakan, namun yang tak bisa ya aku tinggalkan. Dengan kecacatan yang aku derita ini, aku memutuskan untuk tinggal di kejauhan sana agar tidak membuat malu keluarga. Ayahku tidak setuju dengan pikiranku, namun yang membuat aku tambah mengelus dada adalah kerelaan ibu yang begitu memancarkan ketidaksayangannya dalam menyetujui keputusanku.
        Ini adalah jalanku, sebelum aku pergi jauh dan tinggal bersama orang-orang yang asing pintaku hanya satu. Aku hanya ingin berbincang-bincang dengan keluarga sampai larut malam.
       Pagi harinya, sebelum aku pergi. Aku memberikan secarik kertas untuk adib, yang sempat aku tulis ketika malam terakhir aku memiliki mata yang sempurna. Aku tidak menulis panjang lebar untuk adib, namun aku hanya menulis “Dik, Akhirnya aku bisa merasakan ….. Akhirnya aku bisa merasakan sepertimu, selalu dipuji, dipandang baik dan sempurna oleh seluruh orang. Akhirnya aku bisa merasakan sepertimu, walau hanya sekedar kedua bola mataku”


Penutup

Setelah mempelajari apa saja unsur intrinsik cerpen dengan menganalisa suatu karangan cerpen, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri.
2.      Unsur intrinsik cerpen ada 7 yaitu tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, gaya bahasa, sudut pandang, amanat.
3.      Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun   bersifat menjiwai seluruh bagian cerita.
4.      Ada 4 macam alur yaitu alur maju, alur mundur, alur sorot balik (Flashback), alur campuran (maju mundur)
5.       Ada 3 macam latar yaitu latar tempat, latar waktu, latar sosial.
6.      Cara penyampaian watak tokoh bisa melalui dialog langsung antar tokoh atau melalui penjelasan dari penulis.
7.      Ada 4 macam sudut pandang yaitu sudut pandang akuan sertaan, akuan tak sertaan, diaan serba tau, diaan terbatas.



Daftar Pustaka

Intama, Rini. “Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen”. 9 Januari 2014. http://riniintama.wordpress.com/unsur-unsur-intrinsik-cerpen/

Daniswara, Diana. “Pengertian dan Ciri-Ciri Unsur Intrinsik Cerpen”. 9 Januari 2014 http://abcdanis.blogspot.com/2013/05/pengertian-ciri-ciri-dan-unsur.html


Nuriyah, Asri. “Analisis unsur Intrinsik Pada Cerpen”. 12 Januari 2014. http://asrinuriyah.blogspot.com/2012/12/analisis-unsur-intrinsik-pada-cerpen.html