Pendahuluan
Sebelum membahas unsur
intrinsik cerpen maka mari kita mengetahui dulu apa itu cerpen. Cerita pendek atau sering disingkat
sebagai cerpen adalah suatu
bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella
(dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek
yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa
dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Ceritanya bisa dalam berbagai jenis. Cerita
pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang
dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan
lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai
sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann
dan Anton Chekhov.
Unsur Intrinsik Cerpen
sendiri ada 7 yaitu tema, amanat, alur, setting, tokoh dan penokohan /
perwatakan, gaya bahasa dan sudut pandang.
Untuk menjelaskan 7 unsur intrinsik cerpen tersebut maka kami akan
memberi potongan-potongan cerpen untuk membantu penjelasan kami mengenai
unsur-unsur tersebut. Cerpen yang kami
pilih sebagai contoh adalah cerpen berjudul Akhirnya Aku Bisa Merasakan.
Pembahasan
1.
Tema
“Mama
yang telah melahirkanku pun lebih mencintai adib, ayah yang selalu memberi
nafkah pada keluarga kami pun memberi oleh-oleh yang lebih istimewa kepada
adib. Ini merupakan deskriminasi yang berlebihan menurutku. Ya sudahlah, biar
tak kepanjangan pikirku, aku positif saja dengan kehidupanku.
Tema
dari cerpen Aku Bisa Merasakan adalah diskriminasi pada saudara kembar. Hal ini dibuktikan / bisa dilihat dari kutipan cerpen
diatas. Tema sendiri bisa diartikan
sebagai pokok pembicaraan yang mendasari dan
menjiwai sebuah cerita. Tema
menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian
cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.
2. Alur / Plot
Cerpen ini menggunakan alur
maju. Hal ini dibuktikan dengan adanya
urutan pengantar, pemaparan masalah, klimaks, antiklimaks dan terakhir
penyelesaian. Alur sendiri adalah peristiwa
yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu dan dibagi
menjadi 4 macam yaitu alur maju, alur mundur, alur sorot balik (Flashback) dan
alur campuran (maju mundur).
3.
Latar /
Setting
Dalam cerpen biasanya terdapat latar
dan setting. Latar adalah tempat
terjadinya suatu peristiwa sedangkan setting adalah waktu dan suasana sebuah
peristiwa dalam cerita yang sedang berlangsung.
Latar dalam cerita dibagi menjadi 3 yaitu latar tempat, latar waktu,
latar sosial.
a.
Latar Tempat
“Setiba di rumah, ternyata telah ada guru
perwakilan dari sekolah yang melaporkan kejadian tersebut pada orang tua kami.
Belum sempat mencium tangan kedua orang tuaku, mereka berdua langsung menuju ke rumah
sakit tersebut. Sedangkan aku menjaga rumah demi keselamatan bersama.”
Setelah
mengerjakan urusan rumah, aku pun langsung mengunci seluruh isi rumah dan pergi
ke rumah sakit untuk menjenguk serta menjaga adib. Tapi seketika aku sampai di
rumah sakit tepatnya di depan pintu kamar adib dirawat, aku mendengar diskusi
antara dokter dengan kedua orang tuaku
Berdasarkan kutipan cerpen diatas, latar tempat pada cerpen ini adalah di
dalam rumah, halaman depan rumah dan di rumah sakit.
b.
Latar Waktu
“Tepat pukul 10.00 operasi dimulai,
aku siap menghadapi alat-alat tajam yang akan mengambil mataku.”
“Akan
tetapi, seketika aku menyapu halaman rumah malah gunjingan dari tetangga yang
ku dapat. Mereka bilang “sudah adik sendiri
terkena musibah, malah tidak kasihan dan tidak dijaga”. Aku lagi-lagi hanya bisa
mengelus dada mendengar celotehan para tetangga.”
Latar waktu berdasarkan kutipan cerpen
diatas adalah pagi hari, siang hari, dan sore hari.
c. Latar Sosial
“Tetangga yang biasanya tentram dengan urusan mereka,
kali ini merasa terundang untuk selalu membicarakan dan membandingkan aku
dengan Adib. Setiap aku lewat, pastilah
lirikan yang tidak menyenangkan didapati olehku. Akan tetapi seketika Adib lewat, sapaan demi sapaan
selalu tercurahkan. Aku hanya bisa
mengelus dada saja melihat fenomena ini.”
Latar sosial
menggambarkan tentang kebiasaan dan keadaan masyarakat para tokoh dalam
cerita. Dan dalam cerpen ini latar
sosial bisa digambarkan melalui potongan cerpen diatas.
4.
Tokoh dan
Penokohan
Berikut adalah para tokoh pada cerpen beserta dengan
watak mereka.
a. Tokoh Adit
Tokoh Adit dalam cerpen memiliki watak
yang baik, pengertian dan sabar. Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut ini:
“Mama
yang telah melahirkanku pun lebih mencintai adib, ayah yang selalu memberi
nafkah pada keluarga kami pun memberi oleh-oleh yang lebih
istimewa kepada adib. Ini merupakan deskriminasi yang berlebihan
menurutku. Ya sudahlah, biar tak kepanjangan pikirku, aku positif saja dengan kehidupanku.’
b. Tokoh Adib
Tokoh Adib atau sadara kembar si aku ini
adalah memiliki watak yang baik, pintar dan selalu memberi semangat pada kakaknya (Adit).
Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut.
“Segalanya
serba Adib, aku sendiri serasa tidak ada keunggulan sedikitpun selain menyusahkan
orang di sekitarku. Adib selalu berucap demi memberikan semangat bagi kehidupanku,
“Kak, lakukanlah semua itu dengan tanpa memandang orang lain bicara apa, asalkan
yang kau lakukan benar”. Tidak ada sifat kesombongan dan kecongkaan yang tertanam dalam jiwa adib, adikku.”
c. Tokoh Ibu
Tokoh ibu dalam cerpen diatas memiliki
watak yang jahat dan mempunyai sifat diskriminasi terhadap anak
kandungnnya sendiri. Sang ibu sangat senang ketika adit memberikan matanya
kepada adiknya, Hal ini sesuai dengan
kutipan berikut.
“Hari
yang ditunggu-tunggu pun datang. Ibu sangat senang dengan datangnya hari ini, sedangkan
aku sempat melihat di belakang sana ada ayahku yang dari sorotan matanya ingin
mengucapkan sesuatu padaku. Namun apa boleh buat, kini waktuku untuk memberikan
barang
berhargaku untuk adikku.”
“Segalanya
serba adib, aku sendiri serasa tidak ada keunggulan sedikitpun selain menyusahkan
orang di sekitarku. Adib selalu berucap demi memberikan semangat bagi kehidupanku,
“Kak, lakukanlah semua itu dengan tanpa memandang orang lain bicara apa, asalkan
yang kau lakukan benar”. Tidak ada sifat kesombongan dan kecongkaan yang tertanam dalam jiwa adib, adikku.
d. Tokoh Ayah
Tokoh ayah pada cerpen diatas memiliki
watak yang jahat pula, tapi suatu saat juga terkadang baik. Hal ini
terbukti dengan adanya kutipan berikut.
“Mama
yang telah melahirkanku pun lebih mencintai adib, ayah yang selalu memberi
nafkah pada keluarga kami pun memberi oleh-oleh yang lebih
istimewa kepada adib. Ini merupakan deskriminasi yang berlebihan
menurutku. Ya sudahlah, biar tak kepanjangan pikirku, aku positif saja dengan kehidupanku.”
“Kini
mimpi-mimpiku terasa telah terhapus, aku tak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Yang aku bisa kerjakan aku kerjakan, namun yang
tak bisa ya aku tinggalkan. Dengan kecacatan yang aku derita
ini, aku memutuskan untuk tinggal di kejauhan sana agar tidak
membuat malu keluarga. Ayahku tidak setuju dengan pikiranku, namun yang membuat
aku tambah mengelus
dada adalah kerelaan ibu yang begitu memancarkan ketidaksayangannya
dalam menyetujui keputusanku.”
Tokoh sendiri ada 3 jenisnya, yaitu
tokoh Tokoh Prontagonis (tokoh utama pada cerita / tokoh yang baik), Tokoh Antagonis (tokoh
penentang atau lawan dari tokoh utama) dan Tokoh Tritagonis
(tokoh penengah dari tokoh utama dan tokoh lawan)
5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa
yang digunakan oleh penulis cerpen diatas adalah gaya bahasa sehari-hari yang
mudah dipahami, sehingga pembaca cerpen ini dapat meresapi, menghayati, dan memahami
cerita dengan mudah.
6. Sudut Pandang
Dalam cerpen
Akhirnya Aku Bisa Merasakan pengarang menggunakan sudut pandang akuan sertaan.
Pengarang mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri pula.
Dalam cerita kadang kala pengarang menjadi pencerita. Dalam cerpen pengarang
menggunakan kata ganti aku. Sudut
pandang sendiri ada 4 yaitu sudut pandang akuan sertaan (pencerita menggunakan
kata ganti orang pertama dan dia seakan-akan bermain sebagai pelaku dalam
cerita tersebut), akuan tak sertaan (yaitu pencerita berlaku dalam cerita itu,
tetapi yang disampaikan hanyalah pengamatannya saja), diaan serba tau (yaitu
pencerita seolah-olah berdiri diatas segala-galanya dan dari tempat yang tinggi
ia dapat mengamati segala sesuatu yang terjadi, bahkan dapat menembus pikiran
dan memberikan penilaian subjektif terhadap apa yang terjadi dikisahkan), dan
diaan terbatas (pencerita tetap berada di luar cerita, tetapi dia sekedar
memaparkan apa yang dilihat dan didengar tentang apa yang terjadi dan dialog
antar tokoh)
7. Pesan / Amanat
Amanat dari
cerpen diatas yaitu :
a. Sebagai orang tua seharusnya tidak boleh memperlakukan seorang anak dengan
cara tidak adil
b.Sebagai orang tua harus
menerima kelebihan dan kekurangan dari sosok seorang anak yang dilahirkan dari rahim seorang ibu
kandung
c. Sesama saudara harus saling
memberi semangat dan saling tolong menolong
d. Sesama anggota keluarga
harus saling manghormati dan tolong menolong serta bekerja sama dalam mengadpi suatu permaslahan.
Berikut
adalah keseluruhan cerpen :
AKHIRNYA AKU BISA MERASAKAN
Adit, itulah nama panggilanku. Aku memiliki saudara
kembar yaitu adib. Dia sangat cerdas dan tanggap dalam menyelesaikan masalah.
Sedangkan aku, aku adalah kebalikan dari adib. Sering kali aku
dibanding-bandingkan dengan kelebihan adib.
Segalanya serba adib, aku sendiri
serasa tidak ada keunggulan sedikitpun selain menyusahkan orang di sekitarku.
Adib selalu berucap demi memberikan semangat bagi kehidupanku, “Kak, lakukanlah
semua itu dengan tanpa memandang orang lain bicara apa, asalkan yang kau
lakukan benar”. Tidak ada sifat kesombongan dan kecongkaan yang tertanam dalam
jiwa adib, adikku.
Mama yang telah melahirkanku pun lebih mencintai adib,
ayah yang selalu memberi nafkah pada keluarga kami pun memberi oleh-oleh yang
lebih istimewa kepada adib. Ini merupakan deskriminasi yang berlebihan
menurutku. Ya sudahlah, biar tak kepanjangan pikirku, aku positif saja dengan
kehidupanku.
Tetangga
yang biasanya tenteram dengan urusan mereka, kala ini merasa terundang untuk
selalu membicarakan dan membandingkan aku dengan adib. Setiap aku lewat,
pastilah lirikan yang tidak menyenagkan didapati olehku. Akan tetapi seketika
adib lewat, sapaan demi sapaan selalu tercurahkan. Aku hanya bisa mengelus dada
saja melihat fenomena ini.
Suatu ketika, kejadian yang tidak diinginkan
ditimpa oleh adib. Cairan bahan kimia mengenai kedua matanya ketika praktik di
sekolah. Akhirnya adib dilarikan ke rumah sakit terdekat, guru-guru yang
bersangkutan serta aku pun ikut ke rumah sakit tersebut.
Setiba di rumah, ternyata telah ada guru
perwakilan dari sekolah yang melaporkan kejadian tersebut pada orang tua kami.
Belum sempat mencium tangan kedua orang tuaku, mereka berdua langsung menuju ke
rumah sakit tersebut. Sedangkan aku menjaga rumah demi keselamatan bersama.
Akan tetapi, seketika aku menyapu halamna rumah malah
gunjingan dari tetangga yang ku dapat. Mereka bilang “sudah adik sendiri
terkena musibah, malah tidak kasihan dan tidak dijaga”. Aku lagi-lagi hanya
bisa mengelus dada mendengar celotehan para tetangga.
Aku sangat
sayang pada orang tua dan adikku. Tugasku untuk menjaga adik telah aku
selesaikan walau hanya sebentar, sedangkan tugas rumah yang selalu dibebankan
padaku belum aku laksanakan, oleh karenanya aku pulang demi melaksanakan
kewajibanku.
Setelah mengerjakan urusan rumah, aku pun langsung
mengunci seluruh isi rumah dan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk serta
menjaga adib. Tapi seketika aku sampai di rumah sakit tepatnya di depan pintu
kamar adib dirawat, aku mendengar diskusi antara dokter dengan kedua orang
tuaku.
Aku tak
mengira hal ini akan terjadi, keputusan yang membuat aku berat hati ini
menjadikan aku lebih tegang dan bahkan mengharukan dalam hidupku. Dokter
memutuskan bahwa mata adib tidak bisa diselamatkan kembali, tapi dapat diganti
dengan bola mata lain baru dia bisa pulih seperti sedia kala, itu pun jika
operasi berhasil.
Orang tuaku siap mengganti berapa pun biaya
demi keselamatan adib, bahkan dengan mengganti bola mata yang baru. Aku mengira
bahwa orang tuaku akan menulis iklan dalam media masa bahwa mereka butuh donor
mata dengan nilai rupiah yang cukup tinggi. Ternyata hal itu hanya mimpi
belaka, keputusan orang tua yang dicurahkan terhadap dokter adalah mengambil
bola mataku untuk adib, sang juara keluarga.
Mengapa
nasibku sungguh malang. Aku mempunyai mimpi yang besar, akan tetapi hal ini
apakah tidak menghalangi mimpiku? Mata adalah salah satu organ yang sangat
penting adanya dan kegunaannya. Aku hanya bisa menangis sejenak melihat hal
yang tak terduga ini. Lagi-lagi aku hanya bisa bergumam dan meronta dalam hati
serta mengelus dada.
Tanpa basa-basi, aku kembali ke rumah dan merenung di
kamar. Tuhan sangat sayang padaku, dan aku pun yakin atas hal tersebut. Aku
berpikir, jika aku tak punya mata lagi apakah aku bisa menangis? Biarlah, aku habiskan air mataku untuk
adib, kebanggaan semua orang. Mungkin dengan cara ini aku bisa mendapat pujian
dari semua orang yang kagum atas adib.
Keesokan harinya pun operasi akan dilaksanakan, tanpa
basa-basi malam sebelum operasi dilakukan aku telah siap dan berbicara pada
orang tuaku sebelum mereka bicara padaku. Aku bisa merasakan ada air mata dari
ayahku, tapi aku tidak bisa merasakan air mata yang ada dalam mata mamaku,
padahal yang akan aku sumbangkan untuk adib adalah salah satu organ tubuh yang
sangat ku sayangi.
Hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Ibu sangat senang
dengan datangnya hari ini, sedangkan aku sempat melihat di belakang sana ada
ayahku yang dari sorotan matanya ingin mengucapkan sesuatu padaku. Namun apa
boleh buat, kini waktuku untuk memberikan barang berhargaku untuk adikku.
Tinggal
beberapa menit lagi operasi akan dimulai, aku memanfaatkannya dengan memanggil
ayah dan ibuku. Aku hanya ingin memandang mereka dengan peka, karena mungkin
ini akhir aku melihat mereka yang telah berjasa dalam hidupku.
Aku sadar, aku tak berarti apa-apa dalam keluarga ini.
Tetapi setidaknya aku telah berbuat baik kepada kedua orang tua dan selalu
berpikiran positif dalam perjalanan hidupku serta meyakini ada rahasia tuhan
yang tersembunyi di balik peristiwa ini semua.
Tepat pukul 10.00 operasi dimulai, aku siap
menghadapi alat-alat tajam yang akan mengambil mataku. Aku tak sadarkan diri
pada waktu itu, akan tetapi kala ini aku sadar namun terasa ada yang hilang.
Ya, kemewahan dan keindahan alam telah hilang menurutku. Semua di dunia ini
telah musnah pikirku. Tetapi aku salah, yang telah hilang dari keindahan
bukanlah dunia dan seisinya, melainkan kedua mataku telah hinggap pada tempat
bola mata adib berada dulu.
Kini mimpi-mimpiku terasa telah terhapus, aku tak bisa
melakukan aktivitas seperti biasanya. Yang aku bisa kerjakan aku kerjakan,
namun yang tak bisa ya aku tinggalkan. Dengan kecacatan yang aku derita ini,
aku memutuskan untuk tinggal di kejauhan sana agar tidak membuat malu keluarga.
Ayahku tidak setuju dengan pikiranku, namun yang membuat aku tambah mengelus
dada adalah kerelaan ibu yang begitu memancarkan ketidaksayangannya dalam
menyetujui keputusanku.
Ini adalah jalanku, sebelum aku pergi jauh dan tinggal
bersama orang-orang yang asing pintaku hanya satu. Aku hanya ingin
berbincang-bincang dengan keluarga sampai larut malam.
Pagi harinya, sebelum aku pergi. Aku memberikan secarik
kertas untuk adib, yang sempat aku tulis ketika malam terakhir aku memiliki
mata yang sempurna. Aku tidak menulis panjang lebar untuk adib, namun aku hanya
menulis “Dik, Akhirnya aku bisa merasakan ….. Akhirnya aku bisa merasakan
sepertimu, selalu dipuji, dipandang baik dan sempurna oleh seluruh orang.
Akhirnya aku bisa merasakan sepertimu, walau hanya sekedar kedua bola mataku”
Penutup
Setelah
mempelajari apa saja unsur intrinsik cerpen dengan menganalisa suatu karangan
cerpen, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Unsur
intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri.
2.
Unsur
intrinsik cerpen ada 7 yaitu tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, gaya
bahasa, sudut pandang, amanat.
3.
Tema menjadi dasar pengembangan seluruh
cerita, maka tema pun bersifat menjiwai
seluruh bagian cerita.
4.
Ada 4 macam
alur yaitu alur maju, alur mundur, alur sorot balik (Flashback), alur campuran
(maju mundur)
5.
Ada 3 macam latar yaitu latar tempat, latar
waktu, latar sosial.
6.
Cara
penyampaian watak tokoh bisa melalui dialog langsung antar tokoh atau melalui
penjelasan dari penulis.
7.
Ada 4 macam
sudut pandang yaitu sudut pandang akuan sertaan, akuan tak sertaan, diaan serba
tau, diaan terbatas.
Daftar Pustaka